Unforgettable Memories II
Sambungan dari bagian 01
"Cind, kamu sayang sama saya?"
Dan saya lihat Cindy mengangguk.
"Boleh saya sayang kamu juga Cind?"
Kali ini Cindy menatap saya dan balik bertanya, "Benar kamu juga sayang sama saya? Gimana sama Rico?"
"Saya akan minta putus sama Rico karena saya benar-benar sayang sama
kamu dan saya tidak bisa membina dua hubungan dalam waktu yang
bersamaan sekalipun sayang saya ke kamu berbeda dengan sayang saya ke
Rico."
Tiba-tiba Cindy mencium pipi saya dan merebahkan kepalanya di dada
saya. Mungkin dia dapat mendengarkan debar jantung saya yang mengatakan
betapa bahagianya perasaan saya pada pagi hari itu. Saya membelai
rambut Cindy yang tergerai panjang sebahu. Tangan Cindy pun mulai
terasa membelai paha saya. Terus terang, saya menyadari kalau saya
termasuk type wanita yang mempunyai dorongan sexual yang tinggi.
Sedikit saja saya disentuh, saya akan meminta lebih dari itu sampai
saya dapat menuntaskan kebutuhan sexual saya, tapi tentunya dengan
pacar saya sendiri.
Mendapat belaian tangan Cindy di daerah paha saya, langsung saya
menghadapkan wajah Cindy menghadap saya dan saya cium bibirnya. Saya
tahu saya yang pertama untuk Cindy dan dia belum tahu caranya
berciuman. Maka saya mencoba untuk merangsangnya dengan membuka
mulutnya dengan lidah saya dan saya mainkan lidah saya di dalam rongga
mulutnya. Saya mengait-ngait lidahnya untuk dapat saya kulum dan saya
hisap. Oohh.., nikmat sekali rasa lidahnya dalam kuluman lidah saya,
dan Cindy mulai terengah-engah dengan sensasi sexual yang baru pertama
dialaminya.
Cindy nampak mulai kehabisan napas ketika saya mulai mengulum dan
menghisap lidahnya dengan sangat bernafsu. Tangan saya pun tidak
tinggal diam, tapi mulai meraba payudara Cindy yang ternyata cukup
besar, yaitu 36B dan saya sendiri 34A. Kami memang tidak pernah memakai
BH kalau tidur, jadi saya dapat langsung merasakan kelembutan payudara
Cindy di tangan saya. Nafsu saya untuk mengungkapkan perasaan cinta
saya ke Cindy telah melupakan perasaan aneh karena memainkan payudara
wanita lain. Malah sebaliknya, begitu saya memainkan payudara Cindy
yang indah itu, nafsu saya makin bertambah untuk memberikan kepuasan
pada Cindy disamping perasaan saya sendiri yang sudah sangat terangsang
tentunya.
Cindy dengan napas terengah-engah mendorong saya pelan untuk menghentikan kuluman saya pada lidahnya.
"Gila kamu, saya sampai kehabisan napas kamu ciumin seperti itu."
"Kamu ngga suka Cind? Kamu marah? Kalau kamu ngga suka, kita ngga
usah ngelakuin ini dan hal ini ngga akan ngerubah perasaan saya ke
kamu."
Saya memang agak khawatir kalau-kalau Cindy tidak menyukai hal ini. Tapi ternyata saya keliru.
"Kamu lebih gila lagi kalau kamu pikir saya ngga suka dengan semua
yang kamu lakuin ke saya barusan. Saya malah mau bilang untuk jangan
pernah berhenti, tapi saya juga mau kamu ajarin saya karena saya pengen
bisa nyenengin kamu juga."
"Saya sendiri baru sekali ini 'making love' sama perempuan Cind,
pernah ngebayangin pun ngga. Mungkin karena saya sayang banget sama
kamu makanya saya bisa ngelakuin ini semua sama kamu. Cindy, boleh ngga
saya senengin kamu sekarang ini dan kamu ngga usah mikirin caranya
nyenengin saya juga. Kamu nikmatin aja dan kamu ikutin perasaan kamu.
Boleh kan sayang?"
Saya mulai memanggilnya dengan kata 'sayang' ke Cindy dan dia
menyukai panggilan itu yang dipakainya juga untuk memanggil saya. Dia
hanya mengangguk sambil melingkarkan sebelah tanganya ke leher saya dan
saya dekatkan wajah saya ke wajah Cindy dan saya mulai mencium bibirnya
yang sexy dan menggemaskan itu kembali. Tapi kali ini saya kulum dengan
perlahan dan tangan saya pun mulai kembali bergerilya.
Sambil mengulum bibirnya, tangan saya mulai saya selipkan di balik
kaos tidurnya dan mulai meraba-raba payudara Cindy yang halus terasa di
kulit jari-jari saya. Jari-jari saya pun mulai memainkan puting susunya
yang sudah mengeras dan Cindy mulai mengerang dan napasnya makin
memburu karena rangsangan di puting dan payudaranya.
"Aagh.. Sayang..! Suck my nipples, please.. agh.., please..!" erang
Cindy ketika jemari saya dengan lincahnya memainkan puting payudaranya.
Mendengar permohonannya, saya berhenti mencium bibirnya dan tangan
saya pun saya tarik keluar dari balik kaos tidurnya. Lalu saya mulai
menarik kaosnya ke atas melalui kepalanya dan juga saya tarik celana
pendeknya ke bawah beserta dengan celana dalamnya. Sekarang Cindy sudah
bertelanjang bulat di depan saya dan saya benar-benar mengagumi
badannya yang sintal dan tidak kurus.
Dengan bergegas Cindy pun mulai ikut melepaskan pakaian tidur saya
satu persatu hingga kami berdua sama-sama telanjang tanpa sehelai
benang pun yang menutupi badan kami. Karena masih dalam musim dingin
kami mulai merasa kedinginan, sekalipun badan kami masih di bawah
selimut. Saya merengkuh badan Cindy dan memeluknya dengan erat sehingga
kami dapat merasakan kehangatan badan kami satu sama lain. Kami kembali
berciuman dan puting susu kami saling bergesekan yang memberikan
sensasi tersendiri yang membuat kami berdua menjadi lebih terangsang.
Ciuman saya mulai berpindah ke leher Cindy yang putih dan cukup
jenjang dan juga sangat menggoda libido untuk menciuminya. Saya mulai
menciumi dan menjilati lehernya yang sexy itu. Tangan saya pun mulai
kembali menggeranyangi payudara Cindy dengan meraba-raba dan meremas
daging yang kenyal dan hangat itu. Cindy mulai kembali terangsang dan
megerang, terlebih ketika saya mulai memainkan puting susunya dengan
memijat dan memutar-mutarnya. Putingnya terasa makin mengeras dan
membengkak di antara jari-jari saya.
Ciuman saya berpindah naik ke daun telinganya yang mulai saya ciumi
dan saya jilati bagian dalamnya. Begitu lidah saya menyentuh telinga
bagian dalamnya, napas Cindy makin memburu dan terengah-engah. Setelah
beberapa saat saya mainkan lidah saya di bagian dalam telinganya, saya
rasakan badan Cindy mengejang beberapa saat untuk kemudian melemah.
Saya yakin Cindy telah mengalami klimaksnya yang pertama, tapi saya
tidak berhenti sampai di situ. Saya ingin pagi itu menjadi hari yang
tidak pernah terlupakan bagi Cindy.
Lantas ciuman saya berpindah ke arah payudaranya. Menciumi
payudaranya yang kenyal sambil sebelah tangan saya tetap memainkan
payudaranya dan juga putingnya yang sebelah lagi. Cindy mulai
terangsang kembali ketika saya mulai menciumi dan menggigit perlahan
payudaranya yang kenyal itu.
Perlahan-lahan lidah saya mulai saya julurkan dan menjilat
putingnya yang sudah sangat mengeras. Cindy menjerit kecil ketika lidah
saya menyentuh puting susunya dan mulai terengah-engah ketika saya
mulai menjilatinya berulang-ulang dengan intens.
"Aahh.. Sayang, jangan berhenti. Uugghh.., enak sekali Sayang. Aagh..!"
Mendengar rintihannya, nafsu saya makin besar untuk memberikan kepuasan pada wanita yang sangat saya cintai ini.
Putingnya yang berwarna pink dan sudah mengeras mulai saya hisap
perlahan dan makin lama makin dalam yang membuat Cindy makin menjerit
dan terengah-engah serta mengerang tidak karuan. Semuanya makin menjadi
ketika saya mulai menggigit-gigit putingnya dengan lembut. Yang saya
kira Cindy akan merasa sakit karena untuk pertama kalinya puting
susunya digigit, ternyata malah sebaliknya. Dia menekan kepala saya
lebih dalam ke payudaranya dan memohon saya untuk menggigit putingnya
lebih keras.
Takut dia akan merasa sakit, tangan saya yang sedang bermain dengan
payudara dan putingnya yang sebelah kanan saya arahkan ke selangkangan
Cindy yang saya yakin sudah amat basah dengan maksud untuk menambah
rangsangan pada Cindy. Dugaan saya benar. Vagina Cindy sudah basah
kuyup dengan lendir kewanitaannya yang keluar akibat dari orgasmenya
yang pertama dan rangsangan-rangsangan yang masih dirasakannya. Saya
ingin sekali mencicipi lendir kewanitaan Cindy, tapi saya ingin membuat
lendir itu lebih banyak lagi.
Jilatan di puting payudara Cindy makin sering saya lakukan
bergantian dengan gigitan-gigitan lembut dan kasar, dan kali ini
ditambah dengan jari-jari saya yang menari di antara bibir-bibir
vaginanya. Uugh.. sangat lembab dan hangat vagina Cindy di jari-jari
saya, tapi juga begitu sensual yang saya rasakan. Jari telunjuk saya
menari berputar-putar di sekitar dan di depan lubang vagina Cindy yang
tidak henti-henti mengeluarkan lahar panasnya.
Saya gemas sekali dan ingin cepat-cepat turun ke bawah mencicipi
lendir kewanitaannya. Tapi saya juga tahu kalau Cindy ingin mencapai
orgasme keduanya dan saya tidak tega untuk menghentikannya dan itu
tidak mungkin saya lakukan kepada wanita yang saya cintai ini. Sambil
tetap menjilati dan menggigit puting susunya secara bergantian, ujung
jari telunjuk saya mengambil cairan lendir kewanitaannya untuk kemudian
saya taruh di klitorisnya dan jari telunjuk itu mulai saya mainkan
dengan membuat gerakan melingkar di atas klitoris Cindy.
Reaksi Cindy seperti yang sudah saya bayangkan sebelumnya bahwa dia akan menjerit menerima kocokan telunjuk saya di klitorisnya.
"Aaghh.. Sayang, apa yang kamu lakukan..? Ouughh.., just don't stop it.. Aacch..!"
Badan Cindy mulai bergelinjang dengan hebat dan permainan lidah
saya mulai saya tingkatan menjadi hisapan-hisapan dan gigitan yang
dalam pada puting payudara Cindy. Cindy begitu terangsang sampai
menarik kepala saya lebih dalam ke payudaranya dan juga menjepit
jari-jari saya yang ada di selangkangannya.
"Aacchh.. Sayang..!" Cindy menjerit panjang sambil menaikkan pantat
dan pinggulnya bersamaan dengan mengalirnya lahar panas dari vaginanya
yang turun membasahi jari-jari saya.
Saya tarik jari-jari itu dari selangkangan Cindy dan saya jilat jari telunjuk saya yang basah oleh lendir orgasme Cindy.
Saya bisikkan kata-kata mesra di telinga Cindy yang sedang terengah-engah dan mencoba mengatur napasnya kembali.
"You taste so nice, darling..!" sambil saya ciumi telinga dan leher Cindy.
Beberapa saat kemudian Cindy menggeliat karena helaan napas saya di
telinganya. Vagina saya mulai terasa sensitif, basah dan membengkak
menahan keinginan saya untuk dicumbu oleh Cindy. Tapi saya tahu bahwa
Cindy belum mahir atau mungkin belum tahu caranya. Tapi sialnya, Cindy
menjamah vagina saya dengan jari-jarinya yang membuat saya sedikit
terkejut dan mengejang menerima sentuhannya. Cindy pun ternyata kaget
mendapati vagina saya sudah bengkak dan sangat basah.
"Sayang, punya kamu udah basah banget kaya vagina Cindy. Boleh ngga
Cindy lakuin kaya yang kamu lakuin ke Cindy tadi..? Please..?"
"Boleh, asal memang kamu juga mau ngelakuinnya dan bukan cuman karena pengen nyenengin saya."
"Kok kamu ngomongnya gitu sich, Sayang. Kalau Cindy mau ngelakuin
yach karena Cindy sayang sama kamu dan Cindy cuman mau kamu ngerasain
senang cuman dari Cindy seorang dan bukan dari orang lain."
Cindy tidak lagi menunggu jawaban saya, tapi langsung menyambar
mulut saya dan melumat bibir saya dengan penuh nafsu. Ternyata Cindy
seorang 'Quick Learner' karena ciuman, lumatan dan hisapan lidahnya di
dalam mulut saya begitu merangsang dan saya tidak sanggup untuk
menunggu lebih lama lagi. Tangan Cindy saya raih dan saya letakkan di
payudara saya. Cindy mengerti maksud saya.
Sambil menghisap lidah saya, Cindy mulai meremas payudara saya dan memainkan kedua puting saya bergantian.
"Uughh.. ach.. Sayang, please..! Bite my nipples, please..!"
Cindy langsung menurunkan mulutnya untuk kemudian melumat puting payudara saya yang sudah benar-benar mengeras.
"Ach.. Sayang, oh ya Sayang..!" kata-kata itu berulang kali saya
ucapkan ketika mulut Cindy mulai menjilati dan menghisap dalam puting
payudara saya bergantian dengan gigitan-gigitannya.
Bersambung ke bagian 03
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
2163